Jumat, 08 Juni 2012

b.indonesia


Transportasi Oh Transportasi
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTQOht5pCCTZe3ep2IBZe1cz5sNSC5DErZfj8hd4GbdUTQ7azQL

Awal tahun 2012 kembali Indonesia dengan berbagai musibah, kali ini dalam bidang
 transportasi. Seperti yang kita tahu dalam 1 bulan terakhir, publik dikejutkan pada kecelakaan maut mobil pribadi Xenia (22/01/12) yang menabrak 12 orang di Halte Tugu Tani di pagi hari, yang menewaskan 9 nyawa diduga pelakunya mengendarai dibawah pengaruh alkohol dikabarkan pelaku hanya menerima hukuman 6-10 tahun penjara. Kecelakaan maut terjadi di Cisarua Bogor, Bus Karunia Bakti jurusan Garut-Jakarta menabrak ruko dan mobil, diduga rem blong menewaskan 14 nyawa, 54 luka-luka (10/02/12), seperti cerita berantai kecelakaan kembali terjadi hanya berselang 2 hari di Tol Jagorawi Jakarta-Bogor, Majalengka (Jawa Barat) dan Ngawi (Jawa Timur).

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSc6R_GVTpzY3rzsZOMmRLa-XPQAyGPkbiwz8AkYQ-Zv8PV0yxhJika lebih mencermati ada 2 hal, pertama (segi transportasi) : akar permasalahan yaitu kurangnya pengelolaan yang dilakukan oleh Negara. Fasilitas umum transportasi seperti: jalan raya, bandara, dan rel kereta api yang seharusnya dikelola oleh negara untuk melayani kepentingan masyarakat umum, telah diserahkan kepada pihak swasta dalam pemasaran angkutan pribadi terus membludak padahal semakin banyak kendaraan itulah penyebab kemacetan. Akibatnya pengelolaan tersebut selalu mengedepankan aspek keuntungan, bukan pelayanan kepada masyarakat. Berbeda sekali ketika yang mengelola fasilitas umum adalah negara, maka yang menjadi dasar pemikirannya adalah kenyamanan dan keamanan bagi seluruh rakyat. Selain itu, apabila pengelolaan fasilitas umum tidak dikelola oleh negara, maka yang terjadi negara sering lepas tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada, seperti yang terjadi sekarang. Dalam Islam fasilitas umum harusnya dikelola oleh negara karena menyangkut kepentingan orang banyak.


http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSJHda73jxOCqlpXsONUbSgE8Djie1bCtgygQVcWbqcGQnUA6R9Kedua (segi keselamatan ): Dalam kapitalisme sungguh tak terlihat rasa keadilannya, bagaimana  mungkin menghukum orang yang sudah membunuh 9 nyawa hanya dengan 6 tahun? Sedangkan dalam Islam sekalipun pembunuhan itu tidak disengaja ada hukuman yang sama adilnya, “.......dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya mukmin serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga si terbunuh, kecuali jika mereka (keluarga korban) bersedekah.....” (Q.S. Annisa 4:92). Membebaskan budak sudah tidak ada lagi, sehingga tinggalah diyat bisa dengan 100 ekor unta, An-Nasai bisa dibayar 1000 dinar boleh juga senilai uang itu (Nizham al-Uqubat, 51), diasumsikan 1gr 500ribu, maka yang harus dibayarkan kepada tiap korban Rp 2,125 miliar. Bandingkan dengan Gubernur Jakarta yang memberi santunan per korban 10 juta pada kecelakaan Tugu Tani?


Bahaya Tomcat
Bahaya TomcatGembar-gembor mengenai bahaya serangga Tomcat yang mengatakan bahwa racun yang dimilikinya lebih kuat dari ular kobra, sangat tidak masuk akal.
Hal ini ditegaskan oleh Guru Besar Entomologi (Ilmu Serangga) IPB, Soemartono Sosromarsono kepada itoday (22/03/12).
“Tidak bisa diterima logika, jika dikatakan racun Tomcat sepuluh kali lebih keras dari ular kobra. Racun kobra masuk ke dalam darah sementara racun Tomcat hanya ada di kulit”,
Lagi pula racun kobra bisa menimbulkan kematian, sedangkan Tomcat tidak. Hanya menyebabkan iritasi dikulit saja, itupun jika tubuh Tomcat terpencet.
Apabila serangga itu tidak diusik atau terpencet hingga pecah dan keluar racunnya, maka tidak akan berbahaya.
Peningkatan populasi Tomcat yang pesat saat ini serta menyebabkannya masuk ke wilayah perumahan, diperkirakan karena perubahan cuaca ekstrim yang sedang terjadi di Indonesia.
Perubahan ini menyebabkan mereka menjadi subur dan berkembang biak pesat.
Berkaitan dengan habitatnya di persawahan karena Tomcat menjadi predator dari hama wereng, karena saat ini sawah sedang mengalami musim panen, menyebabkan Tomcat banyak berpindah tempat mencari sumber makanan lain.
Jadi, sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir terhadap bahaya Tomcat. Nanti dengan sendirinya populasi mereka akan normal kembali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar